MANDALIKA, DEPOSTMANDALIKA- Bau Nyale merupakan tradisi turun temurun. Di tradisi ini, ribuan orang akan menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok. Tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 20, bulan 10 penanggalan Suku Sasak.
Cacing-cacing di laut ini dikenal dengan sebutan nyale. Nyale ini dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika yang mengorbankan diri untuk rakyatnya.
Legenda Putri Mandalika ini sudah terkenal diseluruh penjuru. Putri Mandalika dikenal sebagai putri yang sangat cantik yang memilih untuk menceburkan diri ke laut lepas dan berubah menjadi nyale untuk menghindari pertarungan di negerinya karena memperebutkan dia.
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok, Rabu, 3 November 2021, Virgo Ingin Dimanja, Pisces Tetap Berusaha
Sebelum menjatuhkan diri ke laut lepas, Putri Mandalika berjanji bahwa ia akan bisa di nikmati setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak. Seakan ingin membuktikan janji Putri Mandalika, ribuan warga selalu menyerbu, berkumpul dan mencari nyale di tanggal tersebut demi mencari ribuan nyale jelmaan Putri Mandalika yang cantik.
Sebelum tradisi bau nyale dilaksanakan, akan dilakukan sangkep wariga. Sangkep wariga adalam=h dimana para tokoh adat berkumpul untuk menentukan hari baik untuk dilaksanakannya tradisi bau nyale.
Baca juga: Kisah Tragis Putri Mandalika yang Mengorbankan Diri Untuk Rakyatnya
Setelah sangkep warga dilakukan, dilanjutkan dengan upacara adat bernama Nade Rahayu Ayuning Jagad, adat ini adalah para Tetua adat Lombok berkumpul dengan posisi melingkar, lalu ditengah-tengah mereka diletakan jajanan serta buah-buahan yang berbentuk gunungan.
Lalu pada saat dini hari lah masyarakat mulai turun ke laut untuk mencari Nyale di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.
Setelah mendapatkan nyale di laut, biasanya masyarakat sekitar akan mengelolanya menjadi makanan. Biasanya, masyarakat sekitar juga memakan nyale dalam keadaan mentah. Mereka menyebutkan bahwa nyale segar yang baru saja ditangkap memiliki rasa yang manis. –zz-